Sejarah Berdirinya Masjid Besar “Al-Huda”

              Dengan memanjatkan puja dan puji syukur Al-Hamdulillah , karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan Sejarah dan Profil Masjid Besar Al – Huda Kediri  secara sederhana yang mana Masjid memiliki peranan penting dalam Syiar Islam

20160517_163100 Maka bersama ini kami tampilkan Sejarah dan Profil Masjid Besar Al – Huda Kediri, sebagai berikut

Sejarah berdirinya masjid  Besar  AL – HUDA Kediri, Tabanan dimulai dari datangnya sekelompok warga Muslim dikampung ini. Pada tahun 1942 M. Mereka biasa tinggal dan menetap sampai anak cucunya adalah jasa dan peranan 3 tokoh masyarakat yang ada di kediri saat itu.

Tokoh-tokoh tersebut adalah :

  1. Ketua Adat Br. Anyar Kediri : Bapak I Made Janto
  2. Punggawa (Sekarang Camat) Kediri : Bapak A.A Taman
  3. Tokoh warga Muslim : Datuk H.Usman Suroleksono

Mereka mengarahkan dan menyarankan warga muslim tersebut untuk membeli tanah yang dulu di beri nama Kampung Taman Surodadi, tapi masyarakat lebih sering menyebut dengan Kampung Jawa Kediri. Pada saat itu warga muslim hanya berjumlah 11 KK yaitu sebagai berikut :

  1. Bapak Sudin
  2. Bapak Mualim
  3. Bapak Din
  4. Bapak Sundari
  5. Datuk Ahmad
  6. Datuk Rafi’i
  7. Datuk Tima
  8. Datuk Ma’il
  9. Datuk Ma’un
  10. Datuk Langgeng
  11. Datuk Marhaban

        Berdasarkan hasil musyawarah warga yang berjumlah 11 orang di tambah oleh H.Usman Suroleksono mereka dapat menyisihkan tanah dibagian barat sebagai tempat ibadah dan Tanah untuk Pemakaman/Kuburan. Luas tanah untuk musallah saat itu panjang bagian utara 20,5 M, selatan 16,12 M, dan untuk di Timur dan Barat masing-masing panjangnya 29,5 M

       Sesudah ditentukan lokasi dan Luas tanah untuk masjid dan kuburan (berada dibelakang masjid) barulah sisa tanah dibagikan untuk 11 KK warga muslim tersebut di atas. Sampai saat ini, mereka di kenal sebagai tonggak awal berdirinya Masjid AL-HUDA Kediri dan lahirnya Br. Taman Surodadi.

       Pada awal berdirinya di tahun 1942, Masjid AL-HUDA Kediri, hanya bersifat musalla di bangun dari bahan padas/paras dan tanah liat. Bangunan utama mempunyai ukuran 5 x 6 (30 M2) di tambah emperan/teras dengan lebar 2 M.

     Kemudian pada tahun 1961 barulah dibangun masjid dengan bangunan bersifat permanen diatas tanah seluas 72 M2 (6 x 12 M) dengan pintu masuk dari Timur.

             Masjid ini mempunyai dua ruangan. Ruangan utuma sebagai tempat sholat berada dibagian Barat dengan ukuran 6 x 8 M. Ruangan yang lebih kecil (6 x 4 M) lebih sering berfungsi untuk anak-anak dan remaja belajar Al-Qur’an, mengadakan pengajian, selamatan/tasyakuran bagi masyarakat serta untuk rapat atau musyawarah oleh para tokoh dan sesepuh kampunng. Sistem manajemen/pengelolaan masjid masih bersifat tradisional yaitu berdasarkan Senioritas dan ketokohan seseorang. Masa ganti kepengurusan berlku sampai yang bersangkutan meninggal dunia.

Dengan bertambahnya penduduk, jumlah jamaah yang datng ke masjid pun semakin banyak. Karena sudah tidak muat lagi, masjid yang dibangun pada tahun 1961 itu akhirnya di bongkar. Kemudian dibangum kembali pada Desember 1976 dengan ukuran lebih luas yakni 14,5 x 12 M.

Tidak seperti masjid sebelumnya yang mana pintu utama ada di timur mulai saat ini pintu utama ada di utara berhadapan langsung dengan jalan raya provinsi. Hal ini pun membawa dampak yang signifikan dimna jumlah jama’ah selalu bertambah apa lagi dengan kemajuan pariwisata di Bali. Banyak Terorisme domestic yang mampir untuk sholat di masjid ini. Selain itu warga muslim Br. Taman Surodadi terus bertambah seiring dengan berkembangnya ekonomi dan pariwisata di Bali. Sehingga jika hari jum’at apalagi hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, masjid selalu penuh oleh jama’ah sampai-sampai halaman rumah penduduk bahkan badan jalan raya juga digunakan untuk tempat sholat.

Melihat kondisi seperti itu pengurus masjid saat ini sudah mengelola masjid secara modern (ada takmir masjid, ketua, bendahara, sekretaris, dll) berencana melakukan perluasan masjid. Pada tahun 1985 M. Pengurus dapat membeli tanah dari Bapak Abdul Haris pada awalnya tanah tersebut milik Bapak Sudin.

  A1 Mengingat masjid besar Al- Huda  Kediri – Tabanan  – Bali  terletak di jalur  protokol Tabanan – Denpasar  dengan bangunan masjid  lama berukuran     14.5 m x 12 m  sudah tidak muat lagi  menampung banyaknya jama’ah  yang beribadah  di masjid tersebut  bahkan pada setiap pelaksanaan  shalat Idul Fitri / Adha  meluber  sampai  setengah jalan protokol  sehingga mengganggu kelancaran lalulintas, maka dengan demikian  kami bertekad bersama  masyarakat   muslim kediri  tanggal  19 November 1999  merehab total masjid tersebut  dengan berukuran  22.5 mx 22.5 m  berlantai 3 ( tiga ) dengan Rencana Anggaran Biaya ( RAB) Biaya   Rp. 4.024.000.000 ( empat miliar  dua  puluh empat  juta  rupiah )

           a Al- Hamdulillah  kami bersyukur dengan pertolongan Allah SWT . serta bantuan dan dukungan para Dermawan   baik materiil  maupun  moril sehingga Pembangunan Masjid Besar Al- Huda Kediri sudah sampai pada tahap  Pembangunan 2 ( dua ) Menara Masjid Besar Al- Huda Kediri dengan Rencana Anggaran Biaya dari Struktur sampai Finishing Rp.506.166,753 (lima ratus enam juta seratus enam puluh enam ribu tujuh ratus lima puluh tiga rupiah

         cropped-img_7408.jpg Sistem manajemen masjid pun di tingkatkan yang semula bersifat ketakmiran, sejak 2002 di kelola dalam bentu Yayasan dan berbadan hukum. Sejak itu pula secara resmi masjid ini bernama YAYASAN MASJID BESAR AL-HUDA, KEDIRI beralamat di jalan Ahmad Yani No. 29 Br. Taman Surodadi, Kediri, Tabanan, Bali